Kamis, 31 Maret 2011

Desa Karangsari dan Jemur ditetapkan sebagai penerima bantuan dana stimulan Pengembangan Desa Siaga Tahun 2011 Provinsi Jawa Tengah

Dua desa di wilayah Puskesmas Kebumen III, Desa Karangsari dan Jemur, ditetapkan sebagai penerima bantuan dana stimulan Pengembangan Desa Siaga Tahun 2011. Penetapan desa penerima dana bantuan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, pada forum pertemuan yang dihadiri para Kepala Desa dan Kelurahan serta Petugas Promosi Kesehatan pada tanggal 21 Maret 2011.
Dana stimulan sebesar 15 Juta rupiah per desa tersebut berasal dari Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan Kepada Desa berasal dari APBD Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Petunjuk teknis penggunaan dana bantuan keuangan tersebut diatur berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 2 T^ahun 2011, tanggal 18 Januari 2011.
Pemberian bantuan tersebut secara umum ditukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui Forum Kesehatan Desa (FKD) untuk ikut serta mengidentifikasi masalah kesehatan sehingga tercipta kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini serta tindakan cepat oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan prioritas.

Rabu, 23 Maret 2011

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

PENGERTIAN KADARZI

  • Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah : Keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.

UPAYA PERBAIKAN GIZI

Visi :
  • Sadar gizi untuk semua
Misi:
  • Semua Masalah Gizi Dapat Dicegah dan Ditanggulangi
  • Semua Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
  • Semua Pihak Bertanggung Jawab Dalam Upaya Perbaikan Gizi

UPAYA PERBAIKAN GIZI KELUARGA
  • Perbaikan Keadaan Gizi Keluarga
  • Perilaku Yang Mendukung Perbaikan Gizi (Perilaku Sadar Gizi)
  • Partisipasi dan Pemerataan Kegiatan

INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
  1. Menimbang berat badan secara teratur
  2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan (ASI eksklusif)
  3. Makan beraneka ragam
  4. Menggunakan garam beryodium
  5. Minum suplementasi gizi (Tablet Tambah Darah ataupun Kapsul Vit. A) sesuai anjuran.

JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
Tujuan Khusus:
  1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
  2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
  3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
2. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

MANFAAT YANG DIPEROLEH MASYARAKAT MISKIN
Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat miskin bersifat komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut meliputi antara lain:

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya
  1. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada Puskesmas dan jaringannya baik dalam maupun luar gedung meliputi pelayanan : (1) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan (2) Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin) (3) Tindakan medis kecil (4) Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal (5) Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita (6) Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat kontrasepsi disediakan (BKKBN) (7) Pemberian obat.
  2. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan, meliputi pelayanan: (1) Akomodasi rawat inap (2) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan (3) Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin) (4) Tindakan medis kecil (5) Pemberian obat (6) Persalinan normal dan dengan penyulit (PONED)
  3. Persalinan normal yang dilakukan di Puskesmas non-perawatan/bidan di desa/Polindes/dirumah pasien/praktek bidan swasta.
  4. Pelayanan gawat darurat (emergency). Kriteria/diagnosa gawat darurat, sebagaimana terlampir.

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM
  1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), dilaksanakan pada Puskesmas yang menyediakan pelayanan spesialistik, poliklinik spesialis RS Pemerintah, BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM meliputi: (1) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum (2) Rehabilitasi medik (3) Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik (4) Tindakan medis kecil dan sedang (5) Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan (6) Pelayanan KB, termasuk kontap efektif, kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek samping dan komplikasinya (alat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN) (7) Pemberian obat yang mengacu pada Formularium Rumah Sakit (8) Pelayanan darah (9) Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit
  2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III RS Pemerintah, meliputi: (1) Akomodasi rawat inap pada kelas III (2) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan (3) Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik.(4) Tindakan medis (5) Operasi sedang dan besar (6) Pelayanan rehabilitasi medis (7) Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU) (8) Pemberian obat mengacu Formularium RS program ini (9) Pelayanan darah (10) Bahan dan alat kesehatan habis pakai (11) Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK)
  3. Pelayanan gawat darurat (emergency) kriteria gawat darurat, sebagaimana
terlampir

Pelayanan Yang Dibatasi (Limitation)
  1. Kacamata diberikan dengan lensa koreksi minimal +1/-1 dengan nilai maksimal Rp.150.000 berdasarkan resep dokter.
  2. Intra Ocular Lens (IOL) diberi penggantian sesuai resep dari dokter spesialismata, berdasarkan harga yang paling murah dan ketersediaan alat tersebut di daerah.
  3. Alat bantu dengar diberi penggantian sesuai resep dari dokter THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling murah dan ketersediaan alat tersebut di daerah.
  4. Alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda, dan korset) diberikan berdasarkan resep dokter dan disetujui Direktur Rumah Sakit atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi dalam aktivitas sosial peserta tersebut. Pemilihan alat bantu gerak berdasarkan harga yang paling efisien dan ketersediaan alat tersebut di daerah.
  5. Pelayanan penunjang diagnostik canggih. Pelayanan ini diberikan hanya pada kasus-kasus ‘life-saving’ dan kebutuhan penegakkan diagnosa yang sangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh Komite Medik.

Pelayanan Yang Tidak Dijamin (Exclusion)
  • Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
  • Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
  • General check up
  • Prothesis gigi tiruan.
  • Pengobatan alternatif (antara lain akupunktur, pengobatan tradisional) dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah
  • Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi.
  • Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam
  • Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial

Sumber: Depkes RI, 2008. Pedoman JAMKESMAS 2008

Desa Siaga

Definisi
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan:
  1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan
  2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.
  3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.
  4. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
  5. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
  6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir. Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

Kriteria Desa Siaga
Kriteria desa siaga meliputi :
1.    Adanya forum masyarakat desa
2.    Adanya pelayanan  kesehatan dasar
3.    Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4.    Dibina Puskesmas Poned
5.    Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6.    Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
7.    Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8.    Memiliki lingkungan yang sehat.
9.    Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.

Sasaran Pengembangan
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

  • Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap per-masalahan kesehatan di wilayah desanya.
  • Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan
  • Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan Iainnya.
Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu/ memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap. (1) mengidentifikasi masalah, penyebab rnasalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah (2) mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah, (3) menetapkan alternatif pemecahan masalah yang Iayak, merencanakan dan melaksanakannya, serta (4) rnemantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut. 
  1. Pengembangan Tim Petugas. Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan Iangkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dan Iangkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat. 
  2. Pengembangan Tim di Masyarakat. Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya laIn, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta orga¬nisasi kernasyarakatan Iainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikut¬sertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan. 
  3. Survei Mawas Diri. Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan birnbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output dan SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka rnembangun Poskesdes. 
  4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga.lnisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pegembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat rnungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi). Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/ institusi yang diwakilinya, serta langkah-Iangkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa Siaga.

Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga

Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
  1.   Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga. Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah & mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas. 
  2. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga.Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/ pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/ pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagairnana telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan  Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UKBM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan ingkungan pemukiman (PAB - PLP), kegawatdaruratan sehani-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga / TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan lain-lain.
  3. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikernbangkan dari Polindes yang sudah ada.Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan - membangun baru dengan fasilitasi dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselengganakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/ tidak aktif.
  4. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga. Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaltu pengembangan sistem sunveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, pengga!angan dana, pemberdayaan masyanakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (blIa diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
Pembinaan Dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinenja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan rnelalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga(minimal sekali dalam setahun) . Upaya lni selain untuk memantapkan kerjasarna, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial¬ psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengem¬bangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang rnasih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangari Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga penlu dicatat oleh kader, misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya : kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Registrasi Ibu dan Anak Tingkat Desa dalam Sistem Informasi Posyandu ).

Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok indikatornya, yaitu: (1) indikator masukan, (2) indikator proses, (3) indi-kator keluaran, dan (4) indikator dampak.

Indikator Masukan
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah dibenikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut.
  •  Ada/ tidaknya Forum Masyarakat Desa.
  •  Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
  • Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
  • Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut.
  • Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
  • Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
  • Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
  • Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kega¬wat daruratan dan Bencana.
  • Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
  • Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut.
  • Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
  • Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
  • Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
  • Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut.
  • Jumlah penduduk yang mendenita sakit.
  • Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
  • Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
  • Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
  • Jumlah balita dengan gizi buruk.

Asuhan Persalinan Normal (APN)

PENGANTAR

Tujuan Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah menjaga kelangsunga hidup untuk memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintregasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan terjaga pada tingkat yang diinginkan.
Asuhan Persalinan Normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahap persalinan setiap pertolongan persalinan dimanapun hal tersebut terjadi.


LANGKAH-LANGKAH APN

Tahap Mengenali Gejala dan Tanda Kala II  
Langkah 1. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
  • Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
  • Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rektum dan vaginanya.
  • Perineum menonjol .
  • Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Tahap Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
Langkah 2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk  menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
  • Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
  • Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Langkah 3.  Pakai celemek plastik yang bersih.
Langkah 4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
Langkah 5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
Langkah 6. Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi atau steril.

Tahap Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
Langkah 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
  • Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
  • Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
  • Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
Langkah 8.  Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
  • Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Langkah 9.  Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.

Tahap Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
Langkah 11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Langkah 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk  meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa   nyaman ).
Langkah 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk    meneran.
Langkah 14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

Tahap Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Langkah 16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Langkah 17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Langkah 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Tahap Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
Langkah 19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
Langkah 20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
  • Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
  • Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
Langkah 21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
Langkah 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
Langkah 24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.

Tahap Penanganan Bayi Baru Lahir.
Langkah 25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
Langkah 26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
Langkah 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
Langkah 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
Langkah 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Langkah 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua  2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
Langkah 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
  • Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
  • Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
  • Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
Langkah 32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi   tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Langkah 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

Tahap Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III.
Oksitosin
Langkah 34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Langkah 35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
Langkah 36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
  • Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Tahap Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
  • Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
  • Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
(1).   Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(2).   Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
(3).   Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4).   Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
(5).   Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
Langkah 38.  Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
  • Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
  • Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
Langkah 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).
  • Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Tahap Menilai Perdarahan
Langkah 40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
Langkah 41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

Tahap Melakukan Prosedur paska persalinan
Langkah 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi  perdarahan pervaginam.
Langkah 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
  • Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
  • Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Langkah 44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
Langkah 45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

Tahap Evaluasi
Langkah 46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2)  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
3)  Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
4)  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
Langkah 47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Langkah 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Langkah 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
  • Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
  • Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah 50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
  • Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
  • Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
  • Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Tahap Kebersihan Dan keamanan
Langkah 51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
Langkah 52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Langkah 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
Langkah 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
Langkah 56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir.

Tahap Pendokumentasian
Langkah 58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)

Minggu, 20 Maret 2011

Integrasi Program Kesehatan Jiwa dengan Program Puskesmas di Kebumen 3 (Pengantar)

Bahwa tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sedangkan kesehatan dalam hal ini didefinisikan sebagai suatu keadaan yang bukan hanya sekedar bebas dari suatu penyakit, cacat dan kelemahan, tapi lebih dari pada itu benar-benar merupakan suatu kondisi yang positif dari kesejahteraan fisik, mental dan social yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif.
Sebagai dampak dari hasil pembangunan nasional terjadi peningkatan pendapatan, pendidikan dan social masyarakat. Hal ini cendrung menimbulkan pergeseran pola penyakit di masyarakat dari kelompok penyakit menular ke kelompok penyakit tidak menular termasuk salah satunya adalah gangguan jiwa.
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi dapat menimbulkan berbagai masalah psiko-sosial yang mempengaruhi taraf kesehatan jiwa masyarakat. Juga dengan adanya penyebaran dan imigrasi penduduk yang timpang terutama urbanisasi, perubahan social yang cepat, pergeseran nilai-nilai hidup, teknologi informasi yang pesat dan gaya hidup yang merusak kesehatan seperti merokok, minum munuman beralkohol dan penyalah-gunaan obat akan berdampak pada perkembangan mental penduduk. Adanya persaingan global dibidang ekonomi dimana tidak semua orang mampu mengikuti perkembangan tersebut akan berdampak pada kondisi kesehatan jiwa seseorang seperti stres, cemas, rendah diri, perasaan tidak berguna dan gangguan mental lainnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan upaya kesehatan jiwa dalam upaya untuk membantu mengatasi masalah kesehatan jiwa masyarakat.
Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas telah mulai dikembangkan sejak lama baik secara khusus maupun terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya, dengan kegiatan sesuai Pedoman Kerja Puskesmas adalah sbb :
  1. Pengenalan Dini Kasus Gangguan Jiwa (Early Detection), meliputi : Gangguan Psikosis, Gangguan Kecemasan, Gangguan Depresi, Retardasi Mental, Gangguan Psikosomatik atau Psikofiologik, Gangguan Penggunaan Zat, Gangguan pada Anak dan Remaja (Gangguan tingkah laku, Gangguan pemusatan perhatian / sindom hiperkinetik, Gangguan perkembangan spesifik) dan Epilepsi.
  2. Memberikan upaya pertolongan pertama pada kasus-kasus gangguan Jiwa (Primary Treatment).
  3. Kegiatan rujukan yang memadai (Adequate referral).
  4. Melaksanakan terapi lanjutan (follow up) terhadap kasus jiwa yang sudah selesai perawatan di RSJ untuk meringankan beban pasien.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa, sesuai Pedoman Kerja Puskesmas diharapkan petugas Puskesmas dapat :
  1. Menangani gangguan jiwa baik yang akut maupun yang kronis yang dapat terjadi pada setiap manusia maupun kelompok masyarakat hingga dapat menurunkan angka kesakitan akibat gangguan jiwa.
  2. Menangani gangguan jiwa dari setiap kelompok umur mulai dari anak, remaja, dewasa dan usia lanjut dengan memanfaatkan azas-azas kesehatan jiwa.
  3. Menilai lebih sensitive dan waspada terhadap kemungkinan keterlibatan emosional pada keluhan-keluhan atau gejala yang ditujukkan pasien sewaktu berobat.
  4. Memberikan penyuluhan sehingga masyarakat dapat memanfaatkan azas dasar kesehatan jiwa dalam kehidupannya.
Walaupun Upaya Kesehatan Jiwa telah dikembangkan sejak lama, namun dalam perjalanannya belum mampu melaksanakan kegiatan secara optimal mengingat keterbatasan sarana, obat-obatan jiwa yang tersedia dan kemampuan petugas Puskesmas.Untuk itulah kemudian perlunya implementasi upaya kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan upaya kesehatan lainnya di Puskesmas.

Integrasi Program Kesehatan Jiwa dengan Program Puskesmas di Kebumen 3

PROGRAM PUSKESMAS
SASARAN
TUGAS TERINTEGRASI
RINCIAN KEGIATAN
TENAGA PELAKSANA
1. KIA
Bumil, Bufas
Promotif-Preventif
Penyuluhan tentang :
  • Cara menyusukan bayi dengan kasih saying,
  • Hindari stress/depresi selama kehamilan,
  • Persiapan melahirkan secara mantap termasuk persiapan mental,
  • Pendidikan perkembangan anak secara mental health.
  • Dokter
  • Bidan
  • Perawat
  • Kader
2. KB
Individu dan Keluarga
Promotif-Preventif
Penyuluhan agar tercipta keluarga yang bahagia dan sejahtera
  • Dokter
  • Bidan
  • Perawat
  • Kader
3. GIZI
Individu dan Keluarga
Promotif-Preventif
Penyuluhan tentang Gizi makanan, penggunaan dan manfaat garam berjodium untuk mencegah gangguan mental pada anak.
  • Dokter
  • Ahli Gizi
  • Perawat
  • Kader
4. Kesling
Klp. Masyarakat dan lingkungan
Promotif-Preventif
Penyuluhan cara hidup sehat secara mental health
  • Dokter
  • Tenaga Kesling
  • Perawat
5. P2M
Klp. masyarakat
Promotif-Preventif
Penyuluhan tentang bahwa penyakit jiwa bukan penyakit menular dan dapat disembuhkan
  • Dokter
  • Perawat
6. PKM
Keluarga, Klp. Masyarakat
Promotif-Preventif
Penyuluhan tentang pentingnya orang tua dalam keluarga; nciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dalam keluarga dan masyarakat.
  • Dokter
  • Perawat
  • Kader
7. Pengobatan
Individu, Keluarga
Kuratif-Rehabilitatif
Memberikan penjelasan bahwa pasien jiwa diharapkan secara teratur
  • Dokter
  • Perawat
8. PHN
Keluarga, masyarakat
Promotif, Peventif, Rhabilitatif
Penyuluhan tentang kesehatan jiwa; kunjungan rumah pasien psikotik
  • Perawat
  • Kader
9. UKS
Murid, Guru, orang tua murid
Promotif-Peventif-Rehabilitatif
Penyuluhan kes jiwa; deteksi dini gangguan/kesulitan belajar; gangguan perkembangan; merujuk ke RSJ ada dicurigai kelainan jiwa.
  • Dokter
  • Perawat
  • Guru UKS
  • Dokter kecil
10. Kes. Gigi/Mulut
Individu, keluarga
Prevetif-Kuratif
Pemeriksaan dan pengobatan gigi pasien gangguan jiwa karena mereka sering tidak mengurus kebersihan gigi;
  • Dokter Gigi
  • Perawat Gigi
  • Kader
11. Kes. Lansia
Individu, keluarga, masyarakat
Preventif-Kuratif- Rujukan
Penyuluhan Kes. Jiwa usia lanjut; Pengobatan pasien jiwa usia lanjut; Rujukan pasien jiwa usia lanjut ke RSJ.
  • Dokter
  • Perawat
  • Kader
12. Kesehatan Olah Raga
Individu, masyarakat
Promotif-Preventif
Penyuluhan pentingnya olah raga bagi kesehatan mental; Peragaan olah raga kesegaran jasmani.
  • Dokter
  • Perawat
  • Kader

Rabu, 16 Maret 2011

Jadwal Pelayanan UKS/UKGS Puskesmas Kebumen 3

Maret
  • Senin IV SD Kutosari  I
  • Jum'at II  SD Kutosari II
  • Jum'at III SD Kutosari IV
  • Jum'at IV SD Kutosari VII
April
  • Senin IV SD Kutosari V
  • Jum'at II  SD Gemeksekti I
  • Jum'at III SD Gemeksekti II
  • Jum'at V  MIN Tanuraksan
Mei
  • Senin IV SD Bumirejo I
  • Jum'at II  SD Bumirejo II
  • Jum'at III SD Bumirejo IV
  • Jum'at IV SD Bumirejo V
Juni
  • Senin IV SD Karangsari I
  • Jum'at II SD Karangsari II
  • Jum'at III MI Karangsari
  • Jum'at IV SD Jemur
Juli
  • Senin IV SD Kebumen I
  • Jum'at II SD Kebumen II
  • Jum'at III Kebumen V
  • Jum'at IV Kebumen VII
September
  • Senin IV SD Pius
  • Jum'at SD Penabur
  • Jum'at III SD Muhammadiyah

    Jadwal Pelayanan Dokter di Puskesmas Kebumen 3

    Senin             : BP Puskesmas Induk
    Selasa           :  BP Puskesmas Induk
    Rabu             :  Poliklinik Pasar Tumenggungan
    Kamis           :  Puskesmas Pembantu Karangsari
    Jum'at           :  Poliklinik Setda Kebumen
    Sabtu            :  BP Puskesmas Induk

    Konsultasi Kesehatan Online

    Jika anda memiliki masalah kesehatan, penyakit dan pelayanan Puskesmas Kebumen III, segera sampaikan kepada kami melalui kolom Poskan Komentar di bawah posting . Rubrik ini ditangani oleh:
    • dr. Arif Budi Santoso, S.Psi (Masalah Penyakit dan Gangguan Kejiwaan)
    • drg. Mira Maria Mirza (Masalah Gigi dan Kesehatan Mulut)
    • Endah Minarni, A.Md.Keb (Kebidanan dan KIA)
    • Siti Sutaryatun (Pemeriksaan Lab)
    • Hj. Pratiwi Handayani, A.Md Kep. (Penyakit Menular dan KLB)
    • Rindiawati, AMG (Masalah Gizi)
    • Dani Fitriadi, AMd (Kesehatan Lingkungan dan Kualitas Air Minum)
    • Cokro Aminoto, SIP, M.Kes (Manajemen Puskesmas)
    • Sudarman, A.Md (Kepegawaian)

    Selasa, 15 Maret 2011

    Klinik Sanitasi

    Pengantar
    Upaya kesehatan dibidang Kesehatan Lingkungan dimaksudkan juga sebagai pencegahan timbulnya suatu penyakit yang berhubungan dengan lingkungan diantaranya malaria, diare, kecacingan, dll. Mencegah adalah lebih baik daripada mengobati bila terjadi suatu penyakit. Untuk itu diperlukan adanya perilaku hidup bersih dan sehat.
    Kegiatan dibidang Kesehatan Lingkungan meliputi pemeriksaan sarana air bersih, tempat-tempat umum, pemeriksaan warung/rumah makan, pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air di rumah penduduk, dan penyuluhan yang dikaitkan dengan penyakit yang diderita oleh pengunjung Puskesmas, dalam hal ini pengunjung Puskesmas yang sakitnya berkaitan dengan kesehatan lingkungan, diberikan penyuluhan oleh petugas Sanitasi pada Klinik Sanitasi Puskesmas.


    Latar Belakang
    Menurut ahli kesehatan HL. Bloom derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja puskesmas di dominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.Disamping itu upaya pengobatan penyakit dan upaya perbaikan lingkungan dikerjakan secara terpisah dan belum terintegrasi dengan upaya terkait lainnya. Petugas paramedis/medis mengupayakan pengobatan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan peruamahan/pemukiman pasien, disisi lain petugas kesling mengupayakan kesehatan lingkungan tanpa memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat.

    Pengertian
    Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian intergral dari kegiatan Puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas.
    Pasien adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi
    Klien adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke Puskesmas untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

    Tujuan Klinik Sanitasi
     Umum
    Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan tersusun secara terus-menerus.

    Khusus
    • Meningkatlkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien) serta masyarakat disekitarnya akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
    • Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
    • Terciptanya keterpaduan antar program-program kesehatan dan antar sektor terkait yang dilaksanakan di Puskesmas dengan pendekatan secara holistik terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
    • Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu (PWS terhadap lingkungan dan penyakit)
    Sasaran
    • Penderita Penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang ke Puskesmas
    • Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan yang datang ke Puskesmas. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat sekitarnya.
    Ruang Lingkup
    • Penyakit dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
    • Penyehatan perumahan/lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA /TB-Paru/Demam Berdarah/Malaria.
    • Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan/akibat kerja.
    • Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran pencernaan / keracunan makanan.
    • Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan pestisida.
    • Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan lingkungan.
    Kegiatan Klinik Sanitasi di Puskesmas

    Di dalam gedung
    Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis/medis Puskesmas. Apabila di dapatkan penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang Klinik Sanitasi untuk mendapatkan bimbingan teknis. D ruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga kesling akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya sanitarian/petugas kesling membuat janji kunjungan ke rumah pasien/klien

    Di luar gedung
    Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah/lokasi sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke Puskesmas (Klinik Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas.

    Sumber: Tulisan KlubSanitarian dengan perubahan seperlunya

    Minggu, 13 Maret 2011

    Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

    Pesan 7 PUGS: Biasakan makan pagi

    MAKAN pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang.Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Membiasakan makan pagi pada anak memang terasa sulit. Adanya citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukainya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah citra tersebut adalah sebagai berikut:
    • Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu yang cukup untuk makan pagi.
    • Para orang tua hendaknya memberi contoh yang baik, yaitu membiasakan makan pagi.
    • Pada saat makan pagi, sebaiknya anak ditemani oleh salah seorang anggota keluarga.
    • Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan mengingatkan anak untuk selalu makan pagi, dan memberi penjelasan mengenai manfaat makan pagi.
    • Bagi anak yang tidak sempat makan pagi, sebaiknya makanan dibawa ke sekolah.
    • Untuk membiasakan anak-anak yg belum biasa makan pagi, perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan takaran (porsi) sedikit. Kemudian, secara bertahap, porsi makanan ditambah sesuai dengan anjuran.

    Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan produktivitas kerja. Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk menurunkan berat badan, jelas merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran pencernaan. Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar tetap mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan.

    Pesan 5 PUGS: Makanlah Makanan Sumber Zat Besi




    Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Karena itu menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi ketimbang kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah.

    Sumber utama Fe adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati (non heme). Dengan penjelasan di atas, maka dapat dipahami apabila angka penderita AGB pada wanita hamil mencapai lebih dari 63% dan pada balita mencapai 55%. Hal ini terjadi karena tidak mudah memenuhi kebutuhan Fe secara alami. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A.

    Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain: pucat, lemah, lesu, pusing dan penglihatan sering berkunang-kunang. Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, maka angka Hb kurang dari normal. Adapun ambang batas normal kadar Hb untuk berbagai kelompok adalah sebagai berikut :

    • Anak Balita : 11 gram %
    • Usia Sekolah : 12 gram %
    • Wanita dewasa : 12 gram %
    • Laki-laki dewasa : 13 gram %
    • Ibu hamil dan menyusui eksklusif : 11 gram %
     Sumber: WHO, 1986. Temu Nasional Anemia, 1983.

    AGB dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko: mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu, penderita anemia lebih mudah terserang infeksi. Hal ini tentunya sangat menghambat upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia.

    Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penang-gulangan AGB dengan membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Sedangkan untuk penanggulangan anemia pada balita diberikan preparat besi dalam bentuk sirup. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, dan kadang-kadang terjadi diare atau sulit buang air besar. Untuk mencegah timbulnya gejala di atas, dianjurkan minum tablet/sirup besi setelah makan pada malam hari. Agar penyerapan besi dapat maksimal, dianjurkan minum tablet/sirup zat besi dengan air minum yang sudah dimasak.Tidak perlu cemas, jika setelah minum tablet/sirup zat besi, kotoran (tinja) akan berwarna hitam. Hal ini sama sekali tidak membahayakan. Dengan minum tablet Fe, maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang. Bila tidak menghilang, berarti yg bersangkutan bukan menderita AGB, tetapi menderita anemia jenis lain.

    Rabu, 09 Maret 2011

    Pesan 4 PUGS: Gunakan garam Beryodium




    G      ARAM beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Indonesia saat ini diperkirakan kehilangan 140 juta I.Q point akibat GAKY. Perhitungan ini didasarkan pada klasifikasi pengurangan I.Q point sebagai berikut:

    • kretin (GAKY berat) = 50 point
    • gondok = 5 point
    • bayi di daerah GAKY = 10 point
    • GAKY bentuk lain = 10 point

    Catatan :
    - Rata-rata IQ manusia normal = 110 point.
    - IQ di bawah 80 point tergolong bodoh.
    - IQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan masalah dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.

          Seperti halnya anemia gizi besi, anak sekolah yang menderita GAKY biasanya memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan tingkat pendidikan formal tertentu. Bahkan mereka yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan dasar. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu ditumbuhkan kepedulian kita pada anak-anak di daerah gondok endemik. Selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga, mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan.

    Selasa, 08 Maret 2011

    Pesan 3 PUGS: Pilihlah makanan berkadar lemak sedang dan rendah lemak jenuh



    LEMAK dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna.

          Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani. Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya 15 – 25 % dari kebutuhan energi. Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selain berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama.Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi.
         Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di perdesaan, konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga masih perlu ditingkatkan. Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah harus diwaspadai, karena cenderung berlebihan. Mereka yang sudah berlebihan mengonsumsi lemak harus segera menurunkan secara bertahap, dengan cara mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi, termasuk mengurangi konsumsi makanan bersantan dan yang digoreng.

          Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah. Adapun komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah: 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati, dan 1 bagian dikonsumsi mengandung sumber lemak hewani.

    Pesan 2 PUGS: Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

          SETIAP orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal.

          Cara mengetahui berat badan normal, seseorang dapat menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk anak balita, anak usia sekolah, dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa di luar golongan tersebut di atas, digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).



          Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain.Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit kencing manis dll.Tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja , prestasi belajar dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, merosotnya prestasi belajar dan prestasi olah raga.

          Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60%, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi. Contoh : Seorang yang telanjur kenyang makan ubi rebus, tak berusaha lagi mengonsumsi lauk pauk, sayur dan buah. Kecukupan gizi yang dianjurkan rata-rata per orang perhari dapat dilihat pada tabel .

    CONTOH MENU SEHARI
    Energi 2150 kilokalori

    Contoh 1:                                                      

    Pagi:
    Nasi : 1 gls nasi
    Sambel goreng kering daging : 1 ptg sedang
    Setup buncis + wortel : 1/2 gelas
    The manis : 1 gls
    (gula 1 sdm)

    Siang:
    Nasi : 1 gls nasi
    Ikan goreng : 1 ptg sedang
    Sambel goreng tahu : 1 ptg sedang
    Sayur asam : 3/4 gls
    Pepaya : 1 ptg sedang

    Sore:
    Nasi : 1 gls nasi
    Telur bumbu rujak : 1 btr sedang
    Tempe goreng : 1 ptg sedang
    Sup sayuran : 3/4 gls
    Pisang : 1 bh sedang

    Selingan pukul 16.00
    Bubur kacang hijau : 1 mangkok

    Contoh 2:

    Pagi:
    Roti : 2 prg nasi
    Telur mata sapi : 1 btr sedang
    Setup buncis + wortel : 1/2 gelas
    Teh manis : 1 gelas
    (gula 1 sdm)

    Siang:
    Nasi : 1 gls nasi
    Pepes Ikan : 1 ptg sedang
    Sambel goreng tahu : 1 ptg sedang
    Sayur asam : 3/4 gls
    Pepaya : 1 ptg sedang

    Sore:
    Nasi : 1 gls nasi
    Daging bumbu bali : 1 ptg sedang
    Tempe goreng : 1 ptg sedang
    Sup sayuran : 3/4 gls
    Pisang : 1 bh sedang

    Selingan pukul 16.00
    Kolak pisang : 1 mangkok